Green Residence, Mengolah Sampah Organik Menjadi Energi Terbarukan

By Admin


nusakini.com-Jakarta-Green Residence. Namanya sangat identik dengan suatu kawasan permukiman. Tapi, ini beda. Green Residence adalah tempat pengolahan sampah organik menjadi energi terbarukan, berupa bio gas dan kompos cair.Bahkan, bisa menghasilkan arus listrik.  

Lurah Meruya Utara, Pangestu Aji menjelaskan, tempat pengolahan sampah organik menjadi energi terbarukan ini berada di Perumahan Taman Aries, RW 06, Kelurahan Meruya Utara. Green Residence dibangun di atas lahan seluas 500 meter yang berdiri sejak tahun 2015.  

Pada lahan tersebut juga ditanami berbagai tanaman produktif dan obat-obatan serta dimanfaatkan untuk budidaya ikan lele dan nila organik. Masyarakat RW 06 telah merasakan manfaatnya. Tak heran, bila inovasi itu mendapatkan ganjaran penghargaan dalam lomba posyantek tingkat nasional tahun 2016 dan Kalpataru DKI Jakarta tahun 2017. 

Energi terbarukan berupa gas dan kompos cair itu berasal dari sampah organik yang dikumpulkan warga RT 04 dan 05. Sampah organik yang dikumpulkan setiap harinya itu dimasukkan pada tempat penampungan yang didalamnya telah diberikan bakteri dan kotoran hewan sapi. Kemudian, hasil pengolahan energi terbarukan berupa gas itu disalurkan melalui pipa paralon ke salah satu rumah warga yang dimanfaatkan untuk memasak di dapur. Sisa hasil pengolahannya bisa diolah kembali menjadi kompos cair. "Tempat pengolahan sampah organik terbarukan ini bisa menghasilkan arus listrik dengan memasang satu alat khusus," ujar Aji.  

Green Residence merupakan salah satu inovasi yang diciptakan oleh seorang warga Perumahan Taman Aries, bernama Rusli. Meski begitu, ada kendala tersendiri dalam menjalani inovasi itu. "Kendala yang dihadapi saat ini, kami membutuhkan sekitar 75 meter kubik sampah organik untuk menghasilkan gas yang disalurkan ke rumah warga lain," ujar Widiatmoko, Ketua RW 06.  

Selain peneraan inovasi, Ia menyebutkan warga juga memetik hasil dari tanaman produktif dan obat-obatan di areal Green Residence. Bila panen, warga memetik dan menjualnya kepada warga sekitar dengan harga murah. Hasilnya, digunakan untuk membeli bibit tanaman lain. "Begitu pula hasil keuntungan pengelolaan budidaya ikan lele dan nila organik disumbangkan untuk anak yatim," tambahnya. (p/ab)